RINTIH
bulan retak,
waktu kemudian mencabiknya
jadi sobekan-sobekan kecil
berendakan kenangan
aku tak henti menengadah
berharap ada sisa hari
yang sudi menjelmakanmu kembali
di antara gulungan awan hitam
petir malah menghardikku
untuk segera pulang dan pergi
tidur
tapi aku tak perduli
tegak bersandar pada tonggak
malam
gerimis perlahan membujuk
hingga akhirnya aku pun tertunduk
layu
kuyup dalam deras air mata
karena engkau malah dilarikan siang
geerte, 28 pebruari 2012 - 02.15
PECUNDANG
di selasar pagi aku menunggu
hingga lamunan menggenapkanku jadi
pecundang
saat penghulu datang untuk menuntunmu
engkau melafalkan yang
diucapkannya tanpa pemberontakan
dan semudah membalik telapak
tangan
statusmu pun berubah
aku segera menggulung kenangan
seperti menarik benang
yang layangannya putus
hampa tanpa daya
menggantung lemas pada sehasta tanganku
sekelebat matamu menusuk retinaku
menghantarkan jarum-jarum kecil
yang tak henti melaju menuju
muara aliran darah
menggetarkan sukma yang mengawang,
tapi hatiku telah kebas
ketika ucapan selamat disemat
untuk kedua mempelai
tanpa diduga engkau malah
memelukku erat
dan jarum-jarum beracun
berhamburan dari pori-pori kulitmu
menyusup menuju jantung
yang hampir saja kehabisan detak
bandung, 4 maret 2012 / 08.26 pm
SAJAK SECANGKIR KOPI
secangkir kopi
setangkup puisi
kepulan hangat kenangan
pada sisa keping-keping senja
lenyap dalam senyap
saat pelita disembuyikan malam
bersamamu…
garut, januari 2012
CATATAN DI PENGHUJUNG TAHUN
betapa terjal jurang
menuju esok
saat meniti tebing hari
pada akhir perjalananku
lusinan petang berlalu
tanpa semburat jingga
karena musim tak selamanya
menyajikan biru langit
jejak yang tertinggal
adalah kenangan
yang menyusup kuyup
ke dalam payau deritaku
garut, 31 desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar