Minggu, 04 Maret 2012

SAJAK REMBULAN



SUPERMOON

ilalang berhenti menyanyi
pucuk-pucuk jemari lentiknya terkulai
sarat titik embun, membebani hati
menyerupai tangis

iringan kabut berlarian dikejar fajar
engkau rembulan, tersenyum  tipis
dalam oranye pucat
diantara langit barat berwarna kelabu

sungguh,aku ingin menatapmu sejak kemarin
karena sua kita begitu terbatas
tetapi langitmu menginginkan yang lain
malah menebar rintik , dan sembunyikan rupamu

(rindu begitu membelenggu,
benamkan aktifitasku dalam lumpur dingin
bernama apatis)

engkau rembulan,
tak reda hasratku untuk mengecup
dalam oranye utuhmu
diantara warna hitam tanpa sekat
dan biru yang terkulum

(adakah engkau akan kembali hadir
'tuk sekedar memupus rinduku kelak?)

Garut , 22 maret 2011

 
SAAT PUNGGUK RINDUKAN BULAN

wahai bayang yang terlunta
menepilah sejenak  dalam mimpiku
pinta pada rembulan sedikit cahaya
agar siluet-mu  bisa kutatap
untuk wujudkan  igau jadi gurau
senyuman dalam gulita  jadi tawa
dan elegi hari ini  jadi nyanyian paling riang
untuk menjemputmu pada  kenduri kecil
saat  merayakan  sua kita
yang selama ini sembunyi
hanya di balik khayal

garut , 14 pebruari 201



PANTAI CIJERUK INDAH

senja menukik di bibir pantai
perlahan ditarik rembulan
yang sejak tadi sembunyi
di balik rembang petang

lembayung enggan berlalu, erat memeluk ufuk
kelabu menghantu,malam tebarkan kelam
diiringi desir dan desis sukma melayang
menyapa hadirku,  di hutan sancang

bayang pohonan samar-samar melintas
dari cahaya obor yang sejenak tegak
menunjuk langit berjelaga
lantas satu persatu padam
terjilat angin dahsyat malam

mantera ditiupkan ,
ekor cahaya mengibas dalam kelebat
sambar panas uap dupa dan kemenyan
dua pawang menari dalam gerak sakral
meliuk ,
bangunkan sukma. pecahkan sunyi

rintih kecapi
jerit suling
mengawang dalam rajah semesta
undang para  leluhur
menjemput sukma yang sedang tidur


pekik arwah yang  berhamburan
kikik peri dan siluman
senyapkan jentera, bunuh kehendak
tunduk dalam magis-mu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar