Selasa, 06 Maret 2012

PUISI LANGIT

                                                         
TATKALA  ENGKAU MENGENANGNYA

laungmu menembus bukit
hingga pucuk-pucuk teh bergetaran
mega mengawang hampa
perlahan berarak ke  arah barat
menjauhimu

nanar tatapmu, lelah
menanti sang bidadari
dikembalikan angin dari langit
yang telah mencurinya
saat gelimang cinta meruak

laungmu menembus bukit
memantul dalam gaung berliku
parau tak menyisakan suara
lindap di  kisi-kisi jendela
kemudian senyap
 


 



RINDU BIRUMU

langit barat  membakar sepi
hening memberangus
sekat petang merenda punggung gunung

sebentar lagi malam
akan menebarkan warna hitam
dan dingin menjemput
tak disertai rembulan

ah,
aku rindu birumu

garut – 25 april 2011





MENAHAN GALAU

Bulan sabit tersenyum tipis di langit sebelah timur
halimun kuyu,
menutupi hamparan hijau pucuk-pucuk padi
malu untuk menyapa siang

cericit  pipit
sisa suara serangga malam di kejauhan
burung gagak lewat
puluhan kepinis menukik
seperti  sedang membenturkan tubuhnya
ke udara hampa
putus asa

ah,
masih adakah seporsi puisi
buat sarapan pagi ini
setelah semalaman menahan galau
untuk tidak lagi mengingat rupamu


garut,  01 mei 2011


Tidak ada komentar:

Posting Komentar