Ilustrasi by Yulia Sugiarti Achdris |
DIA YANG
MENGETUK GERBANG MUARA
seperti
Tuhan mempertemukan lazuardi langit
serta lautan pada titik nadir
air tawar mengetuk gerbang muara
tak pernah memaksa untuk mengubah
rasa garam di batas samudra seperti dirinya
serta lautan pada titik nadir
air tawar mengetuk gerbang muara
tak pernah memaksa untuk mengubah
rasa garam di batas samudra seperti dirinya
tanpa
pertanyaan juga hitungan logika
kita
menikmati mimpi di sini, sambil berebut
kata-kata
dan saling menatap tatkala satu sama lain akhirnya membisu
dan saling menatap tatkala satu sama lain akhirnya membisu
karena sama-sama memberi kesempatan
untuk lebih dahulu melempar riwayat
untuk lebih dahulu melempar riwayat
riuh ombak,
amuk badai, seolah mereda sesaat
kedamaian menetes bening diantara rinai gerimis
seulas senyum bahagia merekah di bibir pantai
kedamaian menetes bening diantara rinai gerimis
seulas senyum bahagia merekah di bibir pantai
rembulan menyipit
, sebagai pertanda
pijakan hari masih terbentang, masih leluasa ‘tuk bercerita
pijakan hari masih terbentang, masih leluasa ‘tuk bercerita
kita adalah
sosok yang terluka
terhempas, tunduk atas nasib sendiri-sendiri
lantas siapakah yang berkehendak
hingga akhirnya terdampar di pulau senyap, berdua !?
( Ah, jika saja takdir bisa dipilih dan memilih ... )
lantas siapakah yang berkehendak
hingga akhirnya terdampar di pulau senyap, berdua !?
( Ah, jika saja takdir bisa dipilih dan memilih ... )
Bandung, 07
Pebruari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar