CATATAN KECIL
Untuk nanda Andhipa Dwisatya
( I )
tangan yang mengulur
masihkah bisa bertaut ?
ranting kering patah
sisa bayang-bayang
adalah separoh jiwa
tertelan gelap
savana dalam ilusiku terhampar
jasad yang terisap pasir imaji
menjadikan dunia tersekat
(dia telah menghuni surga)
( II )
dari dalam gelap engkau muncul berselimut halimun,
dingin membalut musim, hening
menyenandungkan sepi
hari terasa sembab
( lugu kau berteduh di bawah pohonan meranggas)
"janganlah berlindung di sana,
ranting-ranting sebentar lagi akan patah!"
suara peri memekik, dihembus angin
cobalah menengok,
di seberang telaga bisa kau buat rumah pohon
tempat engkau tinggal, tumbuh bersama alam
ajak ikan-ikan untuk menemanimu berenang
sebentar lagi matahari akan menjemput dan menggulung kabut !
geerte, 2 nov 2013 - 23:01
(III)
tonggak keyakinan menyangga
batang-batang kering
tunas tumbuh dari doa yang kau siram dengan ketulusan
pucuk-pucuk muda adalah asa yang mengendap
barangkali hanya tertunda sejenak
saat badai sempat merontokkan seluruh kelopak daun
ketika purnama meronakan telaga
kilau keperakan berkerlipan dari rindangmu
bibit yang diambil dan kau tanam di seberang
telah tumbuh dan kelak akan melahirkan tunas baru
seperti juga janji yang ditanam di pelataran sanubarimu
bacaan ayat-ayat suci terus melantun
memayungi hujan rindu kepada Sang Khalik
juga kepadanya yang menghiasi alam firdaus
tempat paling sejuk untuk bersimpuh,
untuk mengadu...
bojongangrek, 6 nov 2013 - 0:06
CATATAN KECIL (IV)
:
ketika dulu engkau sempat kuyup diterjang badai rindu
ada tempias ke beranda kalbuku, dingin mengusap nurani
Ingin rasanya berteriak pada lembayung
yang setiap hari
menyampirkan selendangnya di pundak senja
berkibaran, menjulur mendekati
jangkauan untuk kuraih,
namun angin selalu
menepis, merenggangkan jarak
engkau masih menggigil dan dengan kekanakan berkata,
bahwa pada suatu saat
boleh menyalakan obor-obor
di setiap sudut desa saat selendang senja
disembunyikan malam
namun batang-batang kering tak bisa melindungimu
sehingga hujan memadamkan api,
walaupun berkali-kali kau coba
aku lupa telah berapa putaran purnama melintas di atas
bubungan atap rumahku
setelah kemudian kutahu,
kau berhasil menghijaukan daun
pada pohon yang meranggas
lantas mengambil tunas untuk ditanam di halaman seberang
yang rindangnya bisa buat berteduh dari hujan rindu
(rasa banggaku membumbung ,dan kukecup kening malam)
Geerte, 23 november 2013 - 02.45
Puisi dan Ilustrasi Karya : Yulia Sugiarti Achdris